tag:blogger.com,1999:blog-3792282233635252272024-03-13T05:33:27.371-07:00SeMua BeTaWiadam bogemhttp://www.blogger.com/profile/07220057356652718774noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-379228223363525227.post-17203560803366812212012-10-05T20:15:00.002-07:002012-10-05T20:15:58.970-07:00SUKU BETAWI<h1 class="firstHeading" id="firstHeading">
<span dir="auto">Suku Betawi</span></h1>
<div id="siteSub">
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</div>
<table class="infobox" style="background: #fff6d9; font-size: 90%; line-height: 1.5em; padding: 3px; text-align: center; width: 22em;"><tbody>
<tr><th style="background: #b08261; color: #fee8ab; font-size: larger; padding: 1px; text-align: center;"></th></tr>
<tr><td style="border: none; padding: 4px 0 0 0;"></td></tr>
<tr><td style="border: none; font-size: 99%; line-height: 11pt; padding: 4px 0 8px 0;"></td></tr>
<tr><th style="background: #fee8ab;"></th></tr>
<tr><td></td></tr>
<tr><th style="background: #fee8ab;"></th></tr>
<tr><td></td></tr>
<tr><th style="background: #fee8ab;"></th></tr>
</tbody></table>
<table class="infobox" style="background: #fff6d9; font-size: 90%; line-height: 1.5em; padding: 3px; text-align: center; width: 22em;"><tbody>
<tr><th style="background: #fee8ab;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa" title="Bahasa">Bahasa</a></th>
</tr>
<tr>
<td><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Betawi" title="Bahasa Betawi">Betawi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">Indonesia</a></td>
</tr>
<tr>
<th style="background: #fee8ab;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">Agama</a></th>
</tr>
<tr>
<td><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen" title="Kristen">Kristen</a> (minoritas)</td>
</tr>
<tr>
<th style="background: #fee8ab;">Kelompok etnik terdekat</th>
</tr>
<tr>
<td><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banten" title="Suku Banten">Banten</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa" title="Suku Jawa">Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda" title="Suku Sunda">Sunda</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu" title="Suku Melayu">Melayu</a></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b>Suku Betawi</b> berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan
bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai
orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan
bangsa yang didatangkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a> ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia" title="Batavia">Batavia</a>.
Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan
berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>, seperti orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda" title="Suku Sunda">Sunda</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa" title="Suku Jawa">Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bali" title="Suku Bali">Bali</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis" title="Suku Bugis">Bugis</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Makassar" title="Suku Makassar">Makassar</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Ambon&action=edit&redlink=1" title="Suku Ambon (halaman belum tersedia)">Ambon</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu" title="Suku Melayu">Melayu</a> serta suku-suku pendatang, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" title="Bangsa Arab">Arab</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_India&action=edit&redlink=1" title="Bangsa India (halaman belum tersedia)">India</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tionghoa" title="Suku Tionghoa">Tionghoa</a>, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_Eropa&action=edit&redlink=1" title="Bangsa Eropa (halaman belum tersedia)">Eropa</a>.</div>
<table class="toc tochidden" id="toc" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td>
</td></tr>
</tbody></table>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Etimologi_Betawi">Etimologi Betawi</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Kata <b>Betawi</b> digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu" title="Bahasa Melayu">bahasa Melayu</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kreol" title="Kreol">Kreol</a> yang digunakannya, dan juga kebudayaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu" title="Melayu">Melayunya</a>. Kata Betawi berasal dari kata "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia" title="Batavia">Batavia</a>," yaitu nama lain dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a> pada masa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a>, kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang termuda, diawali dengan pendirian sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi" title="Organisasi">organisasi</a> yang bernama <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perkoempoelan_Kaoem_Betawi&action=edit&redlink=1" title="Perkoempoelan Kaoem Betawi (halaman belum tersedia)">Perkoempoelan Kaoem Betawi</a> yang lahir pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1923" title="1923">1923</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_note-0">[1]</a></sup></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Sejarah">Sejarah</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Diawali oleh orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">Sunda</a> (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tarumanegara" title="Kerajaan Tarumanegara">Kerajaan Tarumanegara</a> serta kemudian Pakuan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajajaran" title="Pajajaran">Pajajaran</a>. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaka" title="Malaka">Malaka</a> di semenanjung Malaya, bahkan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok">Tiongkok</a> serta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gujarat" title="Gujarat">Gujarat</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan
bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk
membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan
darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/VOC" title="VOC">VOC</a>
menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan
banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda
perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa
Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_note-1">[2]</a></sup>
Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali dalam
bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku
bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk
bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas
dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan
Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk
sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia; Kampung
Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan
Kampung Bugis. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Bugis&action=edit&redlink=1" title="Rumah Bugis (halaman belum tersedia)">Rumah Bugis</a> di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kampung_Bugis&action=edit&redlink=1" title="Kampung Bugis (halaman belum tersedia)">kampung Bugis</a> yang dimulai pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1690" title="1690">1690</a>. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
Antropolog <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Indonesia" title="Universitas Indonesia">Universitas Indonesia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yasmine_Zaki_Shahab" title="Yasmine Zaki Shahab">Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA</a> memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1815" title="1815">1815</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1893" title="1893">1893</a>. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lance_Castle&action=edit&redlink=1" title="Lance Castle (halaman belum tersedia)">Lance Castle</a>.
Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang
dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus
penduduk Jakarta tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1615" title="1615">1615</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1815" title="1815">1815</a>, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1893" title="1893">1893</a> menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moor" title="Moor">Moor</a>, orang Bali, Jawa, Sunda, orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan" title="Sulawesi Selatan">Sulawesi Selatan</a>, orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumbawa" title="Sumbawa">Sumbawa</a>, orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Ambon" title="Pulau Ambon">Ambon</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banda" title="Banda">Banda</a>,
dan orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab
Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: <i>inlander</i>) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.</div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Suku_Betawi">Suku Betawi</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1930" title="1930">1930</a>,
<i>kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah</i> <i>ada justru muncul
sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang
Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia" title="Batavia">Batavia</a> waktu itu.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi" title="Antropologi">Antropolog</a> Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parsudi_Suparlan" title="Parsudi Suparlan">Parsudi Suparlan</a>
menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan
kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari,
mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal
mereka, seperti orang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemayoran" title="Kemayoran">Kemayoran</a>, orang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Senen" title="Senen">Senen</a>, atau orang <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rawabelong&action=edit&redlink=1" title="Rawabelong (halaman belum tersedia)">Rawabelong</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis
dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas,
yakni <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a>, baru muncul pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1923" title="1923">1923</a>, saat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Husni_Thamrin" title="Husni Thamrin">Husni Thamrin</a>, tokoh masyarakat Betawi mendirikan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perkoempoelan_Kaoem_Betawi&action=edit&redlink=1" title="Perkoempoelan Kaoem Betawi (halaman belum tersedia)">Perkoempoelan Kaoem Betawi</a>. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup
masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda
tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut
masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut
sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang
kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.</div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Setelah_kemerdekaan">Setelah kemerdekaan</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>
dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam
arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1961" title="1961">1961</a>,
'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta
penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran,
bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses
asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus
berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir
di bumi Nusantara.</div>
<h2>
<span class="mw-headline" id="Seni_dan_kebudayaan">Seni dan kebudayaan</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Budaya Betawi merupakan budaya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mestizo" title="Mestizo">mestizo</a>, atau sebuah <i>campuran budaya dari beragam etnis</i>. Sejak zaman <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a>,
Batavia (kini Jakarta) merupakan ibu kota Hindia Belanda yang menarik
pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta
antara lain, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa" title="Suku Jawa">Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda" title="Suku Sunda">Sunda</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minang" title="Suku Minang">Minang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak" title="Suku Batak">Batak</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis" title="Suku Bugis">Bugis</a>. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Arab" title="Budaya Arab">budaya Arab</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok">Tiongkok</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis">Portugis</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh
penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke
wilayah-wilayah yang ada di provinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa Barat</a> dan provinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a>.
Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia
maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cagar_budaya" title="Cagar budaya">cagar budaya</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Situ_Babakan" title="Situ Babakan">Situ Babakan</a>.</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Bahasa">Bahasa</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Sifat campur-aduk dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek" title="Dialek">dialek</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Betawi" title="Bahasa Betawi">Betawi</a>
adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan
hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari
daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia" title="Batavia">Batavia</a>
juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut
sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda
Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari
Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan
Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa
Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai
bahasa nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20" title="Abad ke-20">abad ke-20</a>, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">Sunda</a> dan menyebutnya sebagai etnis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Betawi" title="Betawi">Betawi</a> (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">bahasa Sunda</a>
seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal
dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi
Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang
digambarkan dalam naskah kuno <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bujangga_Manik" title="Bujangga Manik">Bujangga Manik</a><sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_note-2">[3]</a></sup> yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">Bahasa Indonesia</a>, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Betawi" title="Betawi">Betawi</a>.
Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi
tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi
"é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau
tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal
dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi
di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen,
Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek
Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa,
Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat.
Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan
Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran
dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran
adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka
mengucapkan <i>kenape/kenapa''</i> (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas
menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati
seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Musik">Musik</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gambang_Kromong" title="Gambang Kromong">Gambang Kromong</a> yang berasal dari seni musik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa" title="Tionghoa">Tionghoa</a>, tetapi juga ada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana" title="Rebana">Rebana</a> yang berakar pada tradisi musik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" title="Bangsa Arab">Arab</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keroncong_Tugu&action=edit&redlink=1" title="Keroncong Tugu (halaman belum tersedia)">Keroncong Tugu</a> dengan latar belakang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis">Portugis</a>-Arab, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjidor" title="Tanjidor">Tanjidor</a> yang berlatarbelakang ke-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a>-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lenong" title="Lenong">Lenong</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gambang_Kromong" title="Gambang Kromong">Gambang Kromong</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana" title="Rebana">Rebana</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjidor" title="Tanjidor">Tanjidor</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong" title="Keroncong">Keroncong</a>. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Tari">Tari</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya
masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong
yang dipengaruhi tari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipong" title="Jaipong">Jaipong</a> Sunda, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cokek" title="Cokek">Cokek</a>
dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh
Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Opera_Beijing" title="Opera Beijing">Opera Beijing</a>.
Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni
tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Drama">Drama</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Drama tradisional Betawi antara lain <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lenong" title="Lenong">Lenong</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tonil&action=edit&redlink=1" title="Tonil (halaman belum tersedia)">Tonil</a>.
Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan
sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan
lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung
dengan penonton.</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Cerita_rakyat">Cerita rakyat</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Si_Pitung" title="Si Pitung">Si Pitung</a>, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jagoan_Tulen" title="Jagoan Tulen">Jagoan Tulen</a>
atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam
perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan
jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nyai_Dasima" title="Nyai Dasima">Nyai Dasima</a> yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mirah_dari_Marunda&action=edit&redlink=1" title="Mirah dari Marunda (halaman belum tersedia)">Mirah dari Marunda</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Murtado_Macan_Kemayoran&action=edit&redlink=1" title="Murtado Macan Kemayoran (halaman belum tersedia)">Murtado Macan Kemayoran</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Juragan_Boing&action=edit&redlink=1" title="Juragan Boing (halaman belum tersedia)">Juragan Boing</a> dan yang lainnya.</div>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Senjata_tradisional">Senjata tradisional</span></h3>
Senjata khas Jakarta adalah <i><b>bendo</b></i> atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Kepercayaan">Kepercayaan</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a>, tetapi yang menganut agama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen" title="Kristen">Kristen</a>; <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protestan" title="Protestan">Protestan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik" title="Katolik">Katolik</a>
juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang
beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis">Portugis</a>.
Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda
mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis
membangun benteng dan gudang di pelabuhan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kalapa" title="Sunda Kalapa">Sunda Kalapa</a> sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kampung_Tugu" title="Kampung Tugu">Kampung Tugu</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Utara" title="Jakarta Utara">Jakarta Utara</a>.</div>
<h2>
<span class="mw-headline" id="Profesi">Profesi</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>,
orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa
profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal
di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para
petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum
banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H.
Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum
betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat
para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur
Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal
Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban
banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu,
meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru,
pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.</div>
<div style="text-align: justify;">
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena
saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan
warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan
pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang
ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang
Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain),
profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis
dan bauran etnis dasar masing-masing.</div>
<h2>
<span class="mw-headline" id="Perilaku_dan_sifat">Perilaku dan sifat</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang
berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal
tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah
Muhammad Husni Thamrin, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benyamin_Sueb" title="Benyamin Sueb">Benyamin Sueb</a>, dan Fauzi Bowo yang menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gubernur" title="Gubernur">Gubernur</a> Jakarta saat ini .</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial
mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu
berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga
nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang
beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat
menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara
masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti
dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau
kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong,
ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar
masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan
lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari
masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang
modernisasi tersebut.</div>
<h2>
<span class="mw-headline" id="Tokoh_Betawi">Tokoh Betawi</span></h2>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 102px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Benyamin_sueb_1.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="138" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/5/5f/Benyamin_sueb_1.jpg/100px-Benyamin_sueb_1.jpg" width="100" /></a>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Benyamin_sueb_1.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf12/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benyamin_Sueb" title="Benyamin Sueb">Benyamin Sueb</a>, seniman Betawi legendaris.</div>
</div>
</div>
<span class="mw-headline" id="Catatan_kaki">Catatan kaki</span>
<div class="references-small" style="list-style-type: decimal;">
<ol class="references">
<li id="cite_note-0"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_ref-0">^</a></b> <span class="reference-text"><a class="external text" href="http://langgambudaya.ui.ac.id/betawi/video/detail/9/profil-kesenian-tanjidor/" rel="nofollow">Profil Kesenian Tanjidor di situs web LanggamBudaya.ui.ac.id.</a></span></li>
<li id="cite_note-1"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_ref-1">^</a></b> <span class="reference-text"><a class="external text" href="http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326" rel="nofollow">Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein</a></span></li>
<li id="cite_note-2"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi#cite_ref-2">^</a></b> <span class="reference-text"><span class="citation book"><i>Three Old Sundanese Poems</i>. KITLV Press. 5 Oktober 2007.</span><span class="Z3988" title="ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Three+Old+Sundanese+Poems&rft.date=2007&rft.pub=KITLV+Press&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Suku_Betawi"></span></span></li>
</ol>
</div>
<h2>
<span class="mw-headline" id="Referensi">Referensi</span></h2>
<ol>
<li>Castles, Lance <i>The Ethnic Profile of Jakarta</i>, Indonesia vol.I, Ithaca: Cornell University April 1967</li>
<li>Guinness, Patrick <i>The attitudes and values of Betawi Fringe Dwellers in Djakarta</i>, Berita Antropologi 8 (September), 1972, pp. 78–159</li>
<li>Knoerr, Jacqueline <i>Im Spannungsfeld von Traditionalität und Modernität: Die Orang Betawi und Betawi-ness in Jakarta</i>, Zeitschrift für Ethnologie 128 (2), 2002, pp. 203–221</li>
<li>Knoerr, Jacqueline <i>Kreolität und postkoloniale Gesellschaft. Integration und Differenzierung in Jakarta</i>, Frankfurt & New York: Campus Verlag, 2007</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ridwan_Saidi" title="Ridwan Saidi">Saidi, Ridwan</a>. <i>Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya</i></li>
<li>Shahab, Yasmine (ed.), <i>Betawi dalam Perspektif Kontemporer: Perkembangan, Potensi, dan Tantangannya</i>, Jakarta: LKB, 1997</li>
<li>Wijaya, Hussein (ed.), Seni Budaya Betawi. Pralokarya Penggalian Dan Pengem¬bangannya, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1976</li>
</ol>
adam bogemhttp://www.blogger.com/profile/07220057356652718774noreply@blogger.com1Jakarta-5.44102230371796 107.2265625-59.80418430371796 26.3671875 48.922139696282045 -171.9140625tag:blogger.com,1999:blog-379228223363525227.post-59172002941048873622012-09-15T02:16:00.000-07:002012-09-15T02:16:45.885-07:00Pilkada DKI 2012 Membuat Kita Jadi Dungu<div style="text-align: justify;">
Ketika pilkada DKI 2012 menjadi 2 putaran, gonjang ganjing politik cadas dimulai, semakin keras lagi ketika Rhoma Irama digelandang Panwaslu untuk mengklarifikasi ceramahnya. dimana isi ceramahnya dilaporkan menyinggung SARA. namun akhirnya bukan dianggap pelanggaran dengan kriteria panwaslu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian teguran kepada Prabowo S, dianggap melakukan kampanye sebelum waktunya, beliau tidak datang ke panwaslu, hanya mengakui kesalahn dari jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita perhatikan perbedaan perlakuan yang dilakukan panwaslu antara Rhoma Irama dengan Prabowo S.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingar bingar isu SARA ditanggapi kubu yang lain bahwa orang Jakarta sudah pintar-pintar dan tidak akan termakan isu-isu murahan apalagi iming-iming uang ( itu yang kita harap).</div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan menjelang hari pencoblosan, timbul kelompok sukarelawan yang ingin memantau KPPS dimana pada intinnya mereka beralasan bahwa TPS harus diawasi karena khawatir ada penyimpangan-penyimpangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikan !, disatu sisi orang Jakarta dianggap pintar, disisi lain orang Jakarta dianggap bodoh, karena terima saja kecurangan di TPS begitu logikanya, sampai-sampai demikian optimisnya mereka ingin membenahi kekurangan TPS-TPS yang ada di Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang yang saya amati TPS-TPS di Jakarta terkoordinasi demikian baik. bagaimana suara-suara di TPS akan dimainkan kalau saksi peserta pemilu saja lebih dari separuh yang hadir, kemudian Kepolisian mencatat hasil akhir disemua TPS, belum lagi tim independen mencatat juga, mereka ( polisi dan independen) tidak banyak cuap-cuap, apakah mereka masih tidak dipercaya ? kapan kita akan bersikap dewasa ?. kecurangan TPS-TPS di Jakarta hampir mustahil, kecuali nekat. </div>
<div style="text-align: justify;">
KPPS yang sudah bekerja demikian penatnya, masih juga dicurigai yang bukan-bukan, mereka yang saya tau mendapat imbalan tidak sebanding dengan tanggung-jawabnya (tapi mereka tidak banyak ribut).</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang bikin saya tambah dungu, saya dengar ada orang berkomentar untuk tidak mau ikut dalam kegiatan langsung/tidak langsung pilkada dengan alasan takut tidak bisa independen. kalau demikian pola pikirnya semua KPPS sampai KPU, Pemantau, Panwaslu harus Golput. Sepertinya ingin dianggap bijak, tapi itu malah dianggap terbelakang pola pikirnya. Semua ada aturan mainnya, tergantung apakah seseorang punya rasa malu atau tidak jika melanggar aturan (begitu kata bapak saya).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
adam bogemhttp://www.blogger.com/profile/07220057356652718774noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-379228223363525227.post-11430161372774399362011-11-23T05:23:00.000-08:002012-10-06T18:39:29.714-07:00Orang Betawi, Jakarta, Jakarte<div style="text-align: justify;">
Kira-kira yang pas disebutnye.. orang betawi ape orang jakarta ?, dua duanye boleh, tergantung dimane die mao dipake entu kalimat. Sekarang nih kalu kite liat jadi kocak (lucu), sebutan orang jakarta dipake buat identitas kependudukan, kalu yang disebut betawi, entu yang ada hubungannye ama budaya. Trus gitu tempo dulu, budaya betawi yang pake logat " E " itu cuman sebates kebayuran lama, rawa belong, kebon jeruk, kemanggisan, slipi, petamburan, tenabang, benhil, kuningan, seputaran buncit raya, kalibata, condet, cawang, kebon nanas, rawamangun, tanjung priuk, kemayoran, cempaka putih, senen, kramat, jatinegara, kebon sirih, pasar baru, dan masih banyak yang laennye. Nah diseputaran atawa yang dipinggiran jakarta namanye kalu orang betawi tengah bilang "betawi ora" yang logatnye "iya' ". Dengan perkembangan kota yang makin rakus akhirnye orang-orang betawi tengah pade minggir di GUSUR . Nah kalu kita mao peratiin ada bedanye tingkah laku betawi tengah sama betawi ora. Belakangan eni yang banyak kesorot betawi-betawi yang galak-galak, yang laga lagunye udeh kaya jawara. Pelem Si Dul Anak Betawi, bisa ngewakilin gambaran budaya orang betawi, walaupun engga pas betul. Betawi "iye" ama betawi "iya" merupakan proses dari akulturasi budaya dari macem-macem etnis, yang dominan kaya budaya jawa, sunda, arab, cina, eropa, melayu ditambah lagi pengaruh dari indonesia bagian timur. Jadi engga ada yang namanye asli betawi, kalu mao juga orang-orang keturunan portugis (kampung tugu) yang sejarahnye jelas dari abad ke 16 yang nenek moyangnye becokol disitu. Saya punya pendapat kalu betawi entu adalah "kebudayaan" yang dihasilkan dari proses interaksi budaya macem-macem suku dan bangsa. Wassalam. </div>
adam bogemhttp://www.blogger.com/profile/07220057356652718774noreply@blogger.com0